Beranda | Artikel
Anjuran Untuk Tawadhu dan Menjauhi Kesombongan
Kamis, 11 Oktober 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Anjuran Untuk Tawadhu dan Menjauhi Kesombongan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. dalam pembahasan Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala (tamannya orang-orang yang berakal dan tamasyanya orang-orang yang mempunyai keutamaan) karya Abu Hatim Muhammad ibnu Hibban al Busty rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 23 Muharram 1440 H / 03 Oktober 2018 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Anjuran Untuk Selalu Jujur dan Menjauhi Dusta

Kajian Tentang Anjuran Untuk Tawadhu dan Menjauhi Kesombongan – Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ

Sedekah tidak akan mengurangi harta. Tidaklah seseorang memberikan maaf melainkan Allah akan tambahkan kemuliaan. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan angkat derajatnya.” (HR. Muslim)

Hadits ini memberikan kepada kita pelajaran-pelajaran penting. Diantaranya adalah:

Pertama, bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta. Orang yang senantiasa bersedekah akan memberkahi hartanya. Oleh karena itu tidak ada orang yang bangkrut karena dia banyak sedekah. Abu Bakar pernah mensedekahkan seluruh hartanya. Tapi apakah Abu Bakar bangkrut? Tidak! Justru semakin berkah dan semakin berkah.

Kedua, orang yang pemaaf, ketika ia memaafkan orang yang mendzaliminya, Allah akan tambahkan kemuliaannya. Jadi jangan kita menyangka kalau kita memaafkan artinya merendahkan diri kita. Salah besar jika ada orang yang memaafkan karena takut dirinya terhina. Justru orang yang memaafkan itu akan Allah tambahkan kemuliaan di atas kemuliaan.

Ketiga, orang yang tawadhu karena Allah, Allah pasti akan angkat derajatnya. Sebaliknya, orang yang sombong pasti akan hinakan dia. Allah menghinakan iblis, Fir’aun, Qarun dan semua orang-orang yang sombong. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa pada hari kiamat orang-orang yang sombong akan dikumpulkan sebesar semut yang kecil dan diinjak-injak oleh manusia. Sebagai balasan bagi mereka yang merasa dirinya tinggi.

Tawadhu dan Menjauhi Kesombongan

Kewajiban orang yang berakal adalah senantiasa tawadhu dan menjauhi kesombongan. Orang yang berakal tidak akan sombong. Karena jika dia berfikir, ia sadar bahwa semua kelebihan adalah milik Allah. Bahkan kelebihan dalam amal shalih pun dari Allah. Lalu buat apa disombongkan, semua pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Betapa memalukan kalau ada orang yang diberi oleh orang lain, lalu ia sombong dengan rumahnya dan mobilnya. Padahal itu semua adalah pemberian orang lain. Allah yang memberikan kita kenikmatan harta dan yang lainnya. Sungguh memalukan apabila seseorang hamba sombong kepada orang lain. Karena walaupun ia berusaha untuk mendapatkannya, jika bukan karena izin Allah maka ia tidak akan mendapatkannya.

Kalaulah orang yang tawadhu itu tidak mempunyai keistimewaan kecuali bertambah kemuliaannya dan diangkat derajatnya oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka tentu orang yang memaham ini dan sadar akan keistimewaan tawadhu, selayaknya tidak memakai pakaian selain itu. Pakaian tawadhu adalah pakaian yang paling indah dan disukai oleh manusia. Secara fitrah, manusia tidak akan suka kepada orang yang sombong dan suka kepada orang yang merendahkan dirinya.

Jenis-Jenis Tawadhu

Tawadhu ada dua macam. Pertama, tawadhu yang terpuji. Yaitu tidak merasa dirinya tinggi dihadapan hamba-hamba Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak menganggap remeh mereka. Maka dari itu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendefinisikan sombong adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh manusia. Berarti orang yang tawadhu adalah orang yang senantiasa menerima kebenaran yang berasar dari Allah dan RasulNya. Siapapun yang membawanya. Apakah dia bawahannya, fakir-miskin, ataupun orang yang lebih muda. Selama itu kebenaran, maka dia akan terima.

Tawadhu juga berarti tidak pernah menganggap remeh orang lain. Dia selalu memandang dirinya lebih buruk dari orang tersebut. Tawadhu yang terpuji tidak merasa lebih baik dari orang lain. Oleh karena itu jika ada orang yang merasa lebih baik dari orang lain, sungguh hal ini tidak layak diucapkan oleh orang yang berilmu.

Imam Hasan al-Basri berkata bahwa tawadhu adalah ketika kita melihat saudara sesama muslim, kita merasa bahwa dia lebih baik dari kamu. Bakr bin Abdullah juga berkata, “apabila aku melihat orang yang lebih muda dariku, aku merasa aku lebih banyak dosa dari pada dia. Ketika aku melihat yang lebih tua dariku, aku merasa dia lebih banyak kebaikannya dariku.” Subhanallah. Perasaan seperti demikian harus muncul pada diri kita.

Jenis tawadhu yang kedua adalah tawadhunya seseorang kepada pemilik dunia karena mengharapkan dunianya. Bisa jadi mengharapkan harta, pujian, simpati, dukungan ataupun yang lainnya. Terkadang ada orang yang memperlihatkan dirinya di media, seakan dia tawadhu dihadapan orang lain. Tapi ternyata tujuannya agar mendapatkan simpati manusia. Maka tawadhu yang seperti ini adalah tawadhu yang tercela. Orang yang berkal, hendaknya meninggalkan tawadhu yang tercela ini dalam setiap keadaan

Tawadhu karena Allah

Hendaknya seorang muslim tawadhu karena Allah. Bukan karena ingin mendapatkan simpati manusia. Bukan karena dianggap dia tawadhu. Jika kita mampu tawadhu lalu ada orang yang menuduh kita sombong, tidak perlu kita tanggapi dan kita tidak perlu mendapatkan pengakuan dari orang lain bahwa kita sudah tawadhu. Tidak perlu marah. Kelak orang yang menuduh itu akan ditanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Simak Penjelasan Lengkap dan Download Kajian Tentang Anjuran Untuk Tawadhu dan Menjauhi Kesombongan – Kitab Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/44834-anjuran-untuk-tawadhu-dan-menjauhi-kesombongan/